Rabu, 19 Januari 2011

*{moral pada anak}*

2.1. DEFINISI MORAL
Jika istilah moral didefinisikan akan berbunyi,” moral berkenaan dengan norma-norma umum, mengenai apa yang baik atau benar dalam cara hidup seseorang.”
Ketika orang berbicara tentang nilai-nilai moral, pada umumnya akan terdengar sebagai sikap dan perbuatan seseorang terhadap orang lain. Pada anak-anak, nilai-nilai moral akan terlihat dari mampu tidaknya seorang anak membedakan antara yang baik dan yang buruk.
Jujur, baik hati, dapat dipercaya, ramah, setia kawan, dermawan, berempati, bersahabat, lembut, penuh kasih, ceria, menghargai orang lain, hanyalah beberapa ciri-ciri yang dapat ditemui pada orang-orang yang dianggap memiliki nilai-nilai moral yang baik.
2.3. TAHAPAN PERKEMBANGAN MORAL MANUSIA
Dan anak-anak mengembangkan nilai-nilai moral ini secara perlahan dan melalui beberapa tahapan tertentu. Dibutuhkan kesabaran orangtua untuk memahami perkembangan moral sebagai proses panjang dan tidak pernah berhenti dalam kehidupan seorang manusia. Salah satu tokoh yang menekuni masalah perkembangan moral adalah Kohlberg. Menurut teorinya, ada (3) tingkatan perkembangan moral anak, dan masing-masing tingkatan memiliki (2) tahapan, yaitu;
• Tingkat pertama dikenal dengan Preconventional Morality
Tahap 1: Obedience and Punishment orientation
Dalam tingkat ini anak cenderung menghindari hukuman, maka anak akan terlihat sangat patuh dan berbuat baik untuk menghindari hukuman. Misalnya tidak akan bermain jauh karena akan dimarahi orang tua.
Tahap 2: Naïve Hedonistic and Instrumental Orientation
Dalam tahap ini, anak akan mulai dapat membedakan akibat fisik (Jika hukuman fisik terpaksa dilakukan orang tua, misal memukul pantatnya). Disini pemikiran anak mengenai benar atau salah belum jelas, tergantung apakah itu memuaskan keinginannya atau tidak. Misalnya, anak berkata,” Saya akan mengerjakan PR kalau nanti malam boleh nonton TV”. Biasanya tingkat dan tahapan ini ditemui pada usia anak dibawah 10 tahun.
• Tingkat kedua dikenal dengan Conventional
Tahap 3: Good Boy Nice Girl Morality
Dalam tingkat ini anak lebih memfokuskan diri pada apa yang diharapkan oleh orang lain (keluarga atau kelompok lain seperti sekolah). Dan dalam tahap ke 3 ini, anak akan menaruh perhatiannya pada harapan-harapan social yang ada di sekitarnya. Anak akan bertindak tertentu karena menganggap prilaku itu baik untuk keluaga atau kelompoknya. Pada tahap ini anak sudah mulai tidak egosentris lagi.
Tahap 4: Authority and Morality
Dalam tahap ini, anak menganggap nilai moral baik atau buruk merupakan suatu kewajiban dengan tujuan menjaga keseimbangan dan ketertiban masyarakat.
Tingkat dan tahapan ini terjadi pada anak usia 10-21 tahun.
• Tingkat ketiga disebut dengan Post Conventional
Dalam Tingkat ini anak sudah mengerti aturan social yang ada.
Tahap 5: Social Legality
Dalam tahapan ini, anak akan menentukan apakah aturan tersebut sesuai dengan moral atau tidak, jika sesuai ia akan mengikuti aturan tersebut dan sebaliknya.
Tahap 6: Morality of individual principles and Conscience
Dalam tahap terakhir ini, penalaran moral sudah merupakan kata hati/ rilekunya sehari hari. Tindakan dalam tahapan ini sebagai keputusan kata hatinya .
Namun teori Kohlberg diatas tentu bersifat dinamis, tidak statis dan tergantung pada banyak faktor. Dan peranan orang tua dalam setiap perkembangan moral anak tentu sangat penting karena anak akan selalu butuh bimbingan dalam setiap pertumbuhan dan perkembangannya. Namun yang menjadi masalah adalah tidak setiap orang tua mampu atau mengetahui/memahami bagaimana cara mengkomunikasikan moral kepada anak. Maka berdasarkan teori perkembangan moral anak, dalam pembahasan akan dibahas mengenai bagaimana orang tua dapat mendidik anak dan dapat mengembangkan moral anak dengan baik.

B A B III
P E M B A H A S A N
3.1. PRINSIP-PRINSIP DASAR TENTANG MORAL
Sebelum sampai pada cara-cara bagaimana mengajarkan moral kepada anak, terlebih dahulu yang harus dipahami adalah beberapa prinsip dasar tentang moral,yaitu;
3.1.1. Moralitas Adalah Penghargaan
Orang tua perlu menghargai anak dan mengharapkkan penghargaan yang serupa dari anak. Disiplin harus benar benar mendapat penghargaan dan merupakan contoh bentuk pengendalian, kelembutan, dan keadilan yang orang tua harapkan dari anak. Anak mengembangkan moralitas secara gradual dan bertahap. Tahap-tahap ini adalah perasaan yang baik dan buruk yang terus ada sejak masa anak-anak hingga dewasa. Masing-masing tahap membawa anak menjadi lebih dekat dengan kematangan perkembangan moralnya.
3.1.2. Menghargai Anak Dan Mengharapkan Penghargaan yang Serupa Dari Mereka.
Memperlakukan anak dengan penghargaan, berarti memperlakukan mereka sebagai seorang manusia, berlaku adil dengan anak. Dan menciptakan sejumlah penghargaan bagi tercapainya kematangan tahap perkembangan anak, ini berarti memberikan anak sebuah perasaan bahwa orang tua mempertimbangkan sudut pandang anak. Karena moralitas adalah jalan dua arah, jika orang tua mengharapkan penghargaan dari anak, maka orang tua harus sangat berhati-hati dalam menjalani kegiatan mereka sehari hari, karena anak selalu dapat belajar dari apapun yang orang tua lakukan.

3.1.3. Mengajarkan Dengan Contoh
Sebuah cara paling pasti untuk membantu anak mengubah pemikiran moral mereka ke arah prilaku moral yang positif adalah mengajari mereka dengan contoh. Orang tua mengajarkan penghargaan bagi semua orang dengan contoh-contoh langsung (dalam menghargai orang) yang orang tua berikan. Tidak ada hal lain yang lebih terpatri dan menggores lebih dalam di dalam benak anak-anak selain contoh perilaku orang tua atau orang dewasa lain disekelilingnya.
Mendengarkan pun adalah sebuah contohsalah satu cara menyampaikan nilai-nilai kepada anak-anak adalah dengan mendengarkan mereka. Maka anak-anak akan belajar mendengarkan pula.
3.1.4. Mengajarkan Dengan mengatakan
Meski penting mengajar anak dengan contoh, namun hal itu tidak cukup. Karena anak di kelilingi dengan contoh yang buruk juga, maka anak-anak membutuhkan kata-kata orang tua seperti halnya anak membutuhkan contoh dari orangtua.
Sempatkan waktu membacakan cerita-cerita rakyat yang dapat dijadikan ilustrasi suatu nilai moral. Bagi anak yang terpenting bukan ceritanya, namun kedekatan dengan orang tua. Hal ini akan sangat membantu anak untuk memahami prinsip-prinsip yang diajarkan melalui sikap-sikap dalam tokoh cerita. Jangan biarkan anak menonton film sendirian tanpa ada interaksi bertukar nilai-nilai, karena anak hanya akan menganggap hal itu sebagai hiburan tanpa nilai.
3.1.5. Membantu Anak Belajar Berpikir.
Yaitu berpikir untuk mereka sendiri. Orang tua dapat membantu perkembangan moral anak dengan member mereka dorongan yang konstan untuk berhenti sejenak dan berpikir, dan untuk mengambil keadaan/kondisi orang lain sebagai bahan pertimbangan. Anak-anak yang lebih banyak berpikir akan lebih banyak mendiskusikan isu-isu moral, menciptakan jalan yang lebih baik melalui tahap-tahap pemikiran moral daripada anak-anak yang tidak banyak berpikir. Caranya, mintalah pada anak untuk berpikir dan merefleksikan diri. Tanyakan padanya bagaimana kalau hal ini terjadi padanya? Berikan anak wakt untuk merefleksikan diri atas perilakunya.
3.1.6. Membantu Anak Memikul Tanggung Jawab Nyata
Upayakan agar anak ikut memikul tanggung jawab tugas di rumah dan dorong mereka agar dapat menyelesaikanya. Biarkan mereka kerjakan sendiri tugas-tugas sekolahnya, atau menjaga adik, atau memelihara hewan peliharaan.
3.1.7. Seimbangkan Antara Kemandirian Dan Kontrol Yang di Berikan
Anak-anak membutuhkan batasan dalam kemandirian, antara tetap berpegang dengan sayap yang mereka miliki. Hal ini cukup rumit. Terlalu banyak kontrol dari orang tua menyebabkan anak berontak dan akan melakukan apa saja untuk mendapat sedikit kebebasan. Namun dengan kebabasan yang melimpah , membuat anak menjadi tidak disiplin.Jika orang tua bersikap lebih demokratis maka perkembangan moral anak akan terkontrol dengan lebih baik.
3.1.7. Cintailah Anak Dan Bantu Mereka Mengembangkan Konsep Diri Positif
Cinta dan kasih sayang orang tua membantu anak menangkap nilai-nilai dan peraturan orang tua. Orang tua yang melewatkan waktu bersama anak secara kuantitatif dan kualitatif sebaik mereka mencintai anak-anak mereka, akan memiliki anak-anak yang mempunyai level perkembangan moral yang tinggi. Membuat variasi kebersamaan dengan anak, atau menciptakan sesuatu yang membahagiakan keluarga, akan membuat anak-anak selalu teringat bahwa kebersamaan adalah bentuk cinta kasih. Mencintai anak-anak bukan berarti memanjakan mereka dan merusak konsep diri yang positif dari anak.
3.1.8. Memupuk Perkembangan Moral dan Menciptakan Keluarga Yang Bahagia
Membantu anak tumbuh dengan moral yang baik dan menciptakan keluarga yang baik adalah benar-benar hal yang sama. JIka orang tua melakukan salah satunya, berarti orang tua melakukan hal yang lainnya. Salah satunya adalah dengan meluangkan waktu untuk anak, membuka mata hati dan telinga untuk anak, akan membuat anak mempercayai orang tua serta menjadikan orang tua sebagai satu-satunya tempat anak mencurahkan segalanya. Jika anak-anak merasa ‘terhubung’ dengan keluarga, mereka akan mendapatkan kemudi yang membantu mereka bertahan pada sebuah jalur yang bertanggung jawab dalam menghadapi tekanan dalam kehidupannya, misalnya dari teman sebaya.
3.2. KOMUNIKASI MORAL SEBAGAI PROSES MENGEMBANGKAN MORAL ANAK
Berbicara mengenai moral, pasti akan berpikir bagaiman cara menerangkannya pada anak-anak. Nilai-nilai moral untuk tingkatan anak-anak adalah membedakan baik dan buruk. Dan hal tersebut merupakan sesuatu yang abstrak utnuk dikatakan dengan cara apapun, dan anak biasanya belum mampu menterjemahkan kata-kata verbal.
Anak-anak melihat dan kemudian membuat imajinasi dalam pikirannya. Imajinasi dalam pikiran anak, bahwa suatu tindakan itu benar atau salah memerlukan suatu pengalaman langsung yang dapat dilihat dan dirasakan secara langsung, sehingga membantu proses kemampuan anak untuk mampu merenungkan dan mengolah sesuai dengan kemampuan penangkapannya.
Mengutip Robert Coles tentang kecerdasan moral “Kecerdasan moral tidaklah dicapai hanya dengan mengingat kaidah dan aturan, hanya dengan diskusi abstrak di sekolah atau di dapur. Moral akan tumbuh dengan mempelajari bagaimana bersikap terhadap orang lain, bagaimana berperilaku di dunia ini, pelajaran apa yang ditimbulkan oleh tindakan yang kita lihat dan kita dengar, dan diolah dalam hati mengenai baik buruknya”
Orang tua sebaiknya tidak tergesa-gesa dalam member pemahaman kepada anak. Perlu diingat pembentukan watak memrlukan waktu bertahun-tahun. Dalam waktu tak terbatas orang akan selalu mengkomunikasikan moral, tidak melalui kata-kata namun dengan seluruh pengalaman hidupnya.
3.2.I. Memahami Makna Komunikasi
Komunikasi pada dasarnya adalah suatu proses saling berbagi informasi antar semua mahluk di dunia. Proses terjadi sejak pada linkungan terkecil, yaitu keluarga maupun lingkungan luas di sekitar. Interaksi atau hubungan timbale balik satu sama lain adalah kebutuhan hakiki manusia, karena pada dasarnya manusia adalah mahluk social. Manusia tidak dapat hidup tanpa manusia lainnya untuk mengisi dan melanjutkan hidupnya. Diperlukan tata cara hidup yang diperlukan agar tidak saling merugikan satu sama lain, tatacara ini diwujudakan dalam bentuk nilai-nilai yang disepakati bersama, yaitu nilai-nilai moral.
3.2.2. komunikasi Yang efektif
Komunikasi adalah kunci semua aspek dalam keluarga, termasuk dalam membangun moral. Ada beberapa hal mengenai cara berkomunikasi secara efektif dengan anak:
Komunikasi yang efektif adalah komunikasi yang jelas
Orang tua terlebih dulu perlu untuk mendefinisikan harapan-harapan orang tua bagi anak anak. Dengan menetapkan hal-hal rutin atau prosedur spesifik bagi perilaku tertentu seperti mengerjakan tugas-tugas di rumah atau bersiap-siap untuk pergi tidur, akan membantu anak untuk mengingat perilaku yang orang tua harapkan. Selain itu menyusun sebuah aturan tentang perilaku yang diharapkan dan yang dilarang juga akan membantu anak. Hal-hal diatas merupakan komunikasi yang jelas dan mudah dipahami oleh anak. Dan orang tua harus selalu ingat tingkat perkembangan anak agar tidak mengharapkan lebih dari kemampuan yang dimiliki anak atau membanjiri anak dengan daftar aturan yang panjang.
Komunikasi yang efektif adalah kooperatif
Lebih dari sekedar mendiktekan harapan yang ada kepada anak, aau menuntut hal-hal tertentu. Komunikasi efektif berarti Berbicara kepada anak, komunikasi yang bersifat dua arah adalah dengan membiarkan anak mengambil bagian dalam pengambilan keputusan. Misalnya menyusun tugas- tugas di rumah atau membuat aturan di rumah.
Komunikasi yang efektif harus konkret
Sampai menginjak masa remaja, anak sangat konkre dalam pemikiran. Mereka kesulitan dalam memahami konsep abstrak. Oleh karena itu Orang tua harus menggunakan contoh konkret untuk memperjelas harapan orang tua kepada anak.
Komunikasi efektif harus lengkap
Lengkap dalam arti anak tidak hanya tahu apa yang harus dilakukannya, akan tetapi juga alasan mengapa mereka melakukannya. Hal terakhir dan tidak kalah pentingnya adalah pengkomunikasian alasan tentang perilaku yang diharapkan. Hal ini berarti orang tua tidak hanya mengatakan kepada anak tentang perilaku yang diharapkan akan tetapi juga mengapa perilaku tersebut penting.
3.2.3. Komunikasi Moral Yang Manusiawi
Setelah memahami makna komunikasi, yang menjadi pertanyaan adalah apakah sudah menggunakan pendekatan komunikasi yang manusiawi? Karena pada dasarnya orang tua dan anak mempunyai kedekatan yang sangat manusiawi.
Komunikasi yang dimaksud disini bukan hanya saling memberi informasi atau sekedar menceramahi nilai-nilai moral denga kata-kata. Sebenarnya proses komunikasi adalah proses berbagi nilai-nilai, sehingga makna yang dimiliki dapat dimaknai bersama. Ada umpan balik didalamnya yang saling berinteraksi antara orang tua dan anak.
Salah satu kegagalan dalam membagikan nilai-nilai moral adalah orang tua tidak memperhatikan unsur-unsur komunikasi, Yaitu orang tua mampu merendahkan hatinya untuk memahami pikiran anak? Pikiran anak kadang berbeda dengan apa yang orang tua bayangkan karena rentang usia dan pengalaman hidup. Orang tua harus meluangkan waktu untuk memaknai nilai-nilai dalam kehidupan sehari-hari bersama anak.
Mengemas pesan moral dalam kalimat sederhana dan menarik perhatian anak, menggunakan media yang tepat, diantaranya adalah bahasa tubuh dan tatapan mata orang tua adalah media yang menarik perhatian anak, serta mencari media lain yang bervariasi, orang tua akan dapat menjadi komunikator yang baik, bersahabat tidak berjarak, seakan-akan orangtua adalah bagian dari pesan itu.
“Anak anak merupakan saksi; anak-anak adalah saksi yang selalu memperhatikan moralitas orang dewasa atau tiadanya moralitas orang dewasa; anak-anak melihat dan mencari isyarat bagaimana orang orang berperilaku” (Robert Coles)
3.2.4. Anak Bukan Obyek Tetapi Subyek
Anak bukan obyek sasaran yang dapat dicekoki dengan berbagai nasihat moral, dia adalah subyek yang sedang mencoba menghayati nilai-nilai, malaksanakannya dan meyakini hal itu sebagai hal yang baik dalam hidupnya. Dan dalam ini kebaikan hati orang dewasa cukup menentukan nasib mereka selanjutnya.
Komunikasi dua arah tidak cukup untuk menjamin keberhasilan proses transformasi nilai apabila tidak terjadi proses dialog yang setara antara anak dengan orang tua. Moral tidak cukup hanya diinformasikan, tetapi bagaimana nilai-nilai tersebut didialogkan secara horizhontal seperti halnya dua teman yang saling berbagi. Bukan seperti hubungan yang atas dengan bawah atau vertical, tapi horizhontal dalam bentuk berbagi tentang suatu pengalaman hidup.
3.2.5. Mempertimbangkan Proses Menangkap Pesan Moral
Pada dasarnya suatu proses komunikasi moral bertujuan mengembangkan perilaku anak menjadi manusia yang mampu menyesuaikan diri dengan norma-norma yang berlaku dalam kehidupan social masyarakatnya. Tujuan utama membentuk perilaku inilah yang paling sulit, karena pada dasarnya anak harus mengetahui terlebih dahulu atau berwawasan mengenai nilai-nilai moral. Wawasan ini akan masuk dalam pikirannya dan akhirnya menggerakan kesadaran dalam dirinya dan meyakini sebagai sikap yang benar. Setelah menyadari anak akan melakukan perbuatan tersebut. Lambat laun perilaku tersebut akan berubah menjadi adat kebiasaan. Proses ini berlangsung dalam kesatuan waktu dan saling melengkapi satu sama lain.
Perilaku yang terbentuk pada diri manusia mempunyai tahapan yang seharusnya mempertimbangkan aspek intelektual dan emosional anak secara utuh. Orang tua perlu mempertimbangkan tahapan dimana proses komunikasi moral sedang berlangsung. Komunikasi yang terjadi akan sekaligus mengarah pada proses penyadaran dalam diri anak. Pada tahapan dimana anak memahami nilai-nilai moral, apakah baru sampai tingkat pengetahuan semata atau sudah sampai pada tingkat kesadaran dan akhirnya menjadi perilaku yang diharapkan.
• Pengetahuan
Pemahaman seseorang biasanya dimulai dengan mengetahui terlebih dahulu mengenai sesuatu hal. Misal dalam nilai-nilai moral, anak biasanya mengetahui dari apa yang dia lihat dan dia dengar.
Sejak usia dini harus ditanamkan wawasan ini melalui kata-kata ataupun bahasa tubuh. Dan anak akan tertarik untuk mengembangkannya sejak mereka belajar bicara. Dengan tetap mempertimbangkan tingkatan usia anak. Mengembangkan wawasan kepada anak bukan hal yang mudah, perlu kehati-hatian dan kesabaran orang tua untuk mengembangkan wawasan mengenai anak dan pengembangan moralnya.
• Sikap
Setelah anak mempunyai wawasan yang cukup, maka akan berproses untuk mengolahnya sampai pada tahap menyadari dan meyakini sehingga membentuk suatu sikap. Pada awalnya anak baru sampai tahap meniru atau imitasi. Apabila orang tua menunjukkan sikap yang konsisten, anak-anak akan meyakininya bahwa tindakan itu baik dan pantas ditiru.
Pembentukan sikap ke arah nilai-nilai moral perlu melihat kecenderungan pada umur umur tertentu. Ada saat anak sangat bersifat egois, ada masa anak sangat ingin berinteraksi dan mulai bersikap social.
• Perilaku
Beranjak dari proses kesadaran, anak akan tergerak untuk melakukannya. Pada saat yang tepat hendaknya anak diajak melaksanakan nilai moral. Anak cenderung cepat frustasi bila merasa tidak bisa, maka orang tua harus sabar dalam mendampingi agar anak dapat melakukannya. Contoh-contoh konkret dari orang tua cara melakukannya untuk ditiru pada awalnya , akan sangat mempermudah. Lambat laun anak akan mampu membuat keputusan dan melakukan dengan caranya sendiri.
3.3. ACTION DO SPEAK LOUDER THAN WORDS
Memilih bagaimana harus berperilaku, sebagai orang tua, benar-benar jauh lebih bermanfaat daripada sekedar jika kita mengucapkannya dalam kata-kata. Dalam hal ini ada beberapa hal yang harus disadari oleh orang tua:
Orang tua Adalah Guru Moral Pertama Bagi Anak
Keluarga adalah kunci pendidikan dasar bagi anak, terutama dalam mengembangkan nilai-nila moral yang menjadi penopang dalam keutuhan pribadinya. Pada awal kehidupannya anak telah dibentuk oleh nilai-nilai orang dewasa. Anak telah belajar banyak sejak awal, bahkan sebelum dilahirkan, tanpa disadari orang tua sudah mengungkapkan nilai mereka dengan cara mempengaruhi orang lain. Roberts Cole mengatakan bahwa “kehidupan moral anak mendahului kemampuan berbahasanya” Saat anak belum mempunyai kosakata untuk berbicara, ia telah belajar mengungkapkan lewat tindak-tanduknya.semua itu menunjukan ia belajar untuk beradaptasi dengan lingkungan terdekatnya.
Kekasaran dan pertengkaran yang terjadi di depan anak yang sedang belajar mengenai moral akan menjadi trauma negative yang akan merusak perkembangan jiwanya. Oleh karena itu orang tua harus dapat memastikan perilaku moral yang akan diambil oleh anak adalah perilaku moral terbaik yang diharapakan oleh orang tua dan orang tua inginkan sebagai contoh untuk anak.
Orang Tua Mencoba Menemukan Isu-isu Moral Untuk Dibicarakan (pada saat isu-isu itu timbul), Sehingga Anak Dapat Mendengar Keyakinan Moral Yang Orang tua Miliki
Bahan pembicaran yang menarik bagi banyak orang biasanya menarik perhatian anak. Lewat perbincangan dalam keluarga , Orang tua dapat menyimak pemikiran moral anak dan “menarik” anak ke tingkatan moral yang lebih tinggi.
Satu hal yang penting dari metode ini adalah anak belajar mengangkat pelajaran tentang nilai empati terhadap suatu peristiwa, (misalnya, kasus pemboman Bali) bagaimana ia berdoa agar orang yang jahat terhadap orang lain ditangkap. Orang tua harus menunjukan bahwa orang tua sependapat dengannya bahwa mencelakakan orang lain itu SALAH.
Ambilah Sikap Aktif Melawan “racun” Perkembangan Moral Anak
Banyak racun yang sering bertentangan dengan nilai moral seperti acara televisi tertentu, film,music,video game, dan situs internet. Orang tua harus mencoba menjelaskan tentang kekhawatiran tersebut kepada anak, dan menetapkan standar, serta bertahan pada apa yang telah ditetapkan.
Hal lain yang harus diperhatikan adalah bahwa hampir semua orang tertarik pada televisi dan multi media. Terutama anak-anak, tayangan visual ini sangat berpengaruh pada jiwa anak, jika anak sudah menyukainya akan sulit orang tua memberitahu salah dan benar melalui kata-kata verbal, karena yang dapat merangsang pengaruh pada perasaan dan pikiran adalah image visual . Dan orang yang telah terbiasa hidup didalam image visual (kebudayaan citra dan virtual)akan sangat sulit tergerak oleh kata-kata.
Oleh karena itu orang tua haruslah bersikap tegas terhadap penyimpangan-penyimpangan moral yang terlihat oleh anak di televisi atau dimanapun.Dengan kata-kata yang sederhana dan sikap konsisten yang meyakinkan bahwa semua penyimpangan itu bukanlah prinsip orang tuanya.
Mengunakan Pertanyaan Untuk Memperluas Kemampuan Anak dengan Menggambarkan perspektif Orang Lain
Menggunakan pertanyaan jauh lebih baik daripada sekedar pernyataan. Misalkan anak menyakiti adiknya, Sebaik tidak hanya sekedar mnenghardiknya dan mengatakanitu tidak baik, tetapi dengan mengembangkan pertanyaan yang harus dijawab oleh anak. Contoh,”Apa yang kamu rasakan jika orang lain memperlakukanmu seperti itu?.
Memperhatikan Anak dan “tangkap” Mereka ketika bertindak secara Moral yang Baik
Dengan memberitahukan kepada anak perilakunya yang baik, dengan menggambarkan apa yang telah dilakukannya dengan baik dan bagaimana orang tua menghargai hal itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar